Skip to main content

Cerita-cerita Tak Bernama #1

Dia adik kelasku selang beberapa tahun. Sewaktu kuliah aku mengenalnya sebagai perempuan muda yang ceria, bersemangat dan aktif di kampus. Setelah lulus aku tak banyak berhubungan dengannya kecuali via lintasan linimasa Facebook. Setahun terakhir kami banyak berhubungan kembali karena sempat ada rencana kolaborasi bersama.

Cerita demi cerita, setelah lulus dia sempat bekerja di beberapa tempat, kebanyakan berhubungan dengan dunia pendidikan dan kehumasan. Rencana hidupnya banyak berbelok setelah bertemu dengan jodohnya. Setelah menikah dia mendampingi suaminya yang PNS bekerja di Sulawesi. Tak selang lama diapun mengandung, melahirkan, lalu membesarkan putrinya.

Saat awal kami banyak berinteraksi kembali, dia sering mengungkapkan kerinduannya untuk kembali bekerja. Suaminya tidak sepenuhnya melarangnya, hanya memintanya untuk bersabar. Menunggu mereka bisa kembali ke Jawa, menunggu putri mereka lebih besar.

Aku menangkap banyak perasaan tertahan dalam cerita-ceritanya. Rindu beraktivitas profesional dan memiliki penghasilan sendiri. Rindu tak hanya berkutat di urusan rumah. Rindu bicara dan berbagi dengan sesama orang dewasa.

Ada juga cemburu. Cemburu pada kisah teman-temannya yang melanglang buana sekolah lagi. Cemburu pada teman yang sukses berkarir. Cemburu pada kehidupan yang dulu sempat diidamkan.

Bukan. Dia bukan menyesali keputusan hidupnya. Semua yang dia miliki sekarang sangat dia syukuri. Suami yang baik, anak lucu yang sehat, keluarga yang mendukung setiap langkah hidupnya. Dia hidup penuh barokah. Tapi salahkah bila kadang dia rindu dan cemburu?

Sekadar satu potret kehidupan pasca kampus.

Comments

Popular posts from this blog

this kid

For her upcoming 8th birthday, she have everything plan out. (Most probably an Intuitive, yup, since her birthday won't be here until another two months). She already plan how it will be celebrated. Her father and I never celebrate our birthdays so her images of birthdays are definitely not from us. She plans what she wants to eat. Quite anti mainstream because she requested "nasi and kremesan". She plans when it will be held (not on her actual birth day because she wants to celebrate it with her cousin and relatives in her father's hometown). She also plans who she is going to invite. What amaze me the most is she has this idea that her cousins will give her presents which she already has prepared earlier herself. So today I drove her to this stationery store, not a fancy one, just one near her school. She then bought pretty much everything she needs and wants for her birthday. She choose the cute stuffs she wants as her present, pick the pretty boxes and bags to put

Perpetual Sadness

Dari Rabu atau Kamis denger pertama kabar Nanggala, hatiku remuk. Secara logika udah kuat banget dugaan mereka ga akan selamat. Kesedihan mulai merayapiku. Mulai kerasa sedih ga jelas Ga mood ngapa-ngapain Rasa kehilangan akan entah apa Kebayang kamu ga ada Hatiku lebih remuk lagi Kalo sampe itu terjadi Mulai muter lagu2 sedih Lagu Linkin Park paling kena sih Mungkin karena Chester nya Mungkin karena walau sedih tetap terasa kuat Menambah rasa ironi Sabtu malam dinyatakan tenggelam Ucapan duka bertebaran Rasa sedih menyeruak Minggu lebih banyak berita detail Ditemukan terbelah tiga Memuncak sedih ini Rasa kehilangan yang besar dan dalam Berusaha menghibur diri Namun dengan rasa bersalah Karena sepertinya dunia malah baru mulai berduka Tapi aku sudah hampir tenggelam Dalam kesedihan Mulai nonton dan baca berita berita analitis terkait, berusaha merasionalisasi kenyataan Tak terhindarkan Di luar kendali siapapun Lepaskan Ayo lanjutkan hidup